Saya
adalah pelupa kesedihan ketika jalan bersisian denganmu. Rasanya bukan hanya
berbunga-bunga, namun seakan semesta menyetujui apa-apa yang akan kita lakukan
seharian. Berkubang dalam canda-tawa yang begitu menggemaskan, begitu
manusia-manusia kasmaran menyebutnya. Ah, tapi saya tidak sedang kasmaran
padamu. Begitupun jatuh cinta. Saya sudah melakukannya setiap hari. Saya hampir
bosan, namun entah mengapa manik matamu menyiratkan rupa keyakinan. Maka dari
itu, tak ada lagi kata ragu yang menyelinap dalam detik-detik yang kita lalui.
Saya
kira kita akan terus bersama-sama. Tak muluk-muluk, saya hanya ingin terus
melihat senyum yang rekah pada bibirmu. Namun sepertinya Tuhan mempunyai plot
lain. Dalam dunia kepenulisan, biasa disebut plot twist, kalau saya tidak salah
mengingatnya. Saya tidak bisa menentukan tanda baca apa saja yang akan
digunakan, berapa halaman yang saya butuhkan untuk menulisnya, dan perihal lain
yang tidak pernah saya pahami. Bukankah setiap manusia memiliki hak yang tidak
bisa dirampas oleh siapapun? Ah, saya lupa Tuhan selalu mempunyai rencana yang
tidak pernah bisa diduga-duga. Rencana-Nya tak bisa diganggu gugat, sekalipun
saya adalah anak presiden ataupun orang paling berpengaruh di negeri ini. Tuhan
menciptakan plot twist, kemudian ditambahkan bumbu-bumbu yang saya tebak adalah
cuka, garam, dan mungkin brotowali. Saya pikir, itu bukan adonan yang pas,
namun lagi-lagi saya tak bisa membantah. Melalui malam, saya dipisahkan dengan
kamu tanpa adanya jeda untuk sekedar bernafas ataupun berpikir, “ Sebenarnya
dosa sebesar apa yang telah saya perbuat hingga Tuhan menghukum tak
tanggung-tanggung seperti ini?”
Hukuman
itu membuat saya dan kamu menebalkan jarak. Baru kali ini saya merasa bahwa
kita lebih senyap daripada gemerisik di padang ilalang. Kita bukan lagi perindu
hari panjang yang dihabiskan bergelung berduaan di bawah selimut tebal. Kita
menjadi penyimpan rahasia masing-masing, tanpa mau memberitahu hal besar apa
yang tersembunyi di dalamnya. Kita adalah hambar dan kedinginan. Hingga
pelan-pelan saya mengetahui, ada tokoh lain yang mampu membuatmu jatuh cinta lagi.
Kamu berjalan jauh di depan saya, dengan alasan terlalu banyak perbedaan yang
tumbuh membelukar di antara kita. Kamu tengelam dalam suasana baru, lalu
meninggalkan saya yang sibuk menyembunyikan pilu di balik pintu.
Saya
percaya, wanita yang kini berdampingan denganmu, adalah wanita paling bahagia
sebab ia telah memilikimu sepenuhnya. Wanita
yang kini berdiri di belakangmu, juga wanita yang paling bahagia, sebab di
depannya ia pernah memiliki pria itu. Pria itu kamu, yang pernah mengisi
macam-macam bahagia di kepala saya. Terimakasih untuk 96 hari yang sangat
berkesan.
Dari
wanita pengeja langkahmu yang kian menjauh.
Engga di genepin jadi jadi 100 hari ajah? Nanggung cuma 96 hari hehe
BalasHapusKalo udah tentang perasaan mah ngga bisa genep-genepan(?) hahaha :D
Hapussepertinya ada subyek terdekatmu yg kau jadikan "saya" itu.. I know..
BalasHapusHaha siapa coba? bukan kok ka wkwk
BalasHapus