source image: tumblr.com |
Kopi. Lagi-lagi tentang kopi.
Saya tidak menyukai kopi. Rasanya pahit, seperti
obat. Dan saya tidak pernah paham pada orang-orang yang menggilai kopi.
Seseorang pernah berkata pada saya, kopi akan nikmat
jika diseduh dengan takaran yang tepat. Saya menggumam dalam hati, ah paling
sama saja. Kopi yang saya seduh sama sekali tidak enak. Ya, mungkin saya memang
tidak diberi bakat untuk menyeduh dan menikmati kopi.
Seseorang pernah berkata pada saya, kopi adalah
minuman pereda stres paling ampuh. Tapi menurut saya tidak. Kopi membuat saya
mual. Sepertinya lambung saya tidak setuju jika dijejali kafein atau zat lain
yang terkandung dalam kopi.
Seseorang pernah berkata pada saya, jangan pernah
meremehkan kekuatan kopi. Saat itu, saya hanya tertawa dalam hati. Memangnya
kopi mempunyai ilmu supranatural? Memangnya kopi mampu menghilangkan masalah
yang berputar-putar di kepala saya? Ah, pasti itu hanya alasan bagi para
penikmat kopi yang terlalu berlebihan.
Seseorang pernah menyeduhkan kopi untuk saya, dan
tentu saja saya menolaknya. Ia terus membujuk, hingga saya terpaksa meminumnya
barang satu-dua sesapan. Mungkin kopi yang saya minum saat itu adalah kopi
terbaik. Ya, terang saja. Saya kan hanya meminum kopi satu-dua kali seumur
hidup. Namun anehnya kopi yang saya rasakan benar-benar pas. Rasanya tidak
sepahit yang saya kira. Entahlah, mungkin karena rekah senyummu hingga saya
lupa pada pahitnya kopi.
Orang itu kamu, yang mampu membuat saya jatuh
cinta dan membenci kopi dalam hitungan detik. Hai Tuan kopi, apa kabar? Apakah
kamu berkenan menyeduhkan kopi lagi untuk saya?
Dari wanita pembenci kopi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar