source image : tumblr.com |
Mimpi
adalah bunga tidur semata. Namun adakalanya ketika bermimpi, kamu percaya bahwa
suatu peristiwa akan terjadi, entah itu hal buruk ataupun baik.
Anita,
tadi malam aku bermimpi tentangmu. Padahal kita sudah tiga tahun tak bertemu. Aku
tak tahu, apakah itu pertanda baik atau buruk. Aku melihatmu berdiri tegap,
lalu meraih tanganku, dan mengajak untuk lari beriringan. Kita terlihat sangat
bahagia. Kita sama-sama tertawa, entah atas sebab apa. Yang kuingat, tadi malam
kamu membawaku berlari menyisir pinggiran pantai. Aku menurut, tanpa banyak
menuntut.
Ingat
tidak, beberapa tahun yang lalu kita pernah melakukan hal yang nyaris serupa? Saat
itu kita saling kejar dan berebut LKS untuk menyontek PR. Aku bersikukuh
mengambilnya darimu. Namun kamu dengan sabar duduk di sebelahku, dan berkata
lebih baik kita menyalinnya bersama. Aku mengangguk dengan mulut cemberut, tapi
kamu malah tertawa sambil memegangi perut, seolah wajahku adalah hal terlucu
yang wajib untuk ditertawakan. Ah, betapa aku ingin mengulang masa-masa itu,
Nit.
Ngomong-ngomong,
tadi malam tubuhmu jauh lebih tinggi sejak pertemuan terakhir kita beberapa
tahun yang lalu. Kulitmu juga lebih gelap. Aku bertanya-tanya dalam hati,
apakah kamu lebih banyak menghabiskan waktu di bawah terik matahari? Apakah
kamu sering bergelut dengan asap dan debu di jalan, mengingat kuliahmu sering
melakukan praktek di lapangan. Aku bertanya dalam hati, sedangkan kamu sibuk tersenyum
pada langit yang mulai menguning.
Jika
mimpi ini pertanda bahwa kita akan bertemu lagi, tentu aku sangat senang. Kita
sudah cukup lama tak saling sapa sejak kamu memutuskan untuk pindah ke luar
kota bersama keluargamu. Aku berusaha menerimanya dengan lapang dada, apalagi
kamu tak memberitahuku sebelumnya. Jujur aku kecewa, karena harus mengetahui
kepergianmu dari orang lain. Kamu tahu, Nit? Bahkan aku mengetahui tempat tinggal
dan kampusmu dari salah satu teman SMP kita yang tak sengaja pernah bertemu
denganmu. Aku bertanya padanya, apakah ia mempunyai nomer HP, atau kontak lain
yang bisa menghubungkanku denganmu. Namun ia menjawabnya dengan gelengan
kepala. Aku mendesah kecewa mengetahuinya. Ada apa, Nit? Apakah aku mempunyai
kesalahan besar padamu? Apakah kesalahanku tak bisa kau maafkan? Seingatku
pertemuan terakhir kita berjalan baik-baik saja tanpa adanya tengkar.
Anita,
betapa aku ingin kita kembali duduk bersebelahan, membicarakan apapun yang
terlintas di kepala. Kamu menceritakan kehidupanmu di sana dengan teman-teman
barumu, lalu aku mendengarkanmu sambil menyanggah jengah jika ada teman yang
dapat menggantikanku. Egois? Ya, kamu pasti sudah tahu dengan sifatku yang satu
itu. Kamu tidak keberatan kan?
Dari
sahabat kecilmu yang tengah mengurut rindu.
Jadi kangen sahabat pas SD pas lagi bego bareng :D
BalasHapusIya, masa2 SD emang polos-polosnya ya :D
BalasHapus