Selasa, 05 Januari 2016

Pria Kafein


Petang ini hujan kembali membasahi bumi. Rintiknya jatuh satu per satu, meninggalkan jejak genangan air di jalanan. Aku mendesah samar. Kutatap kembali secangkir kopi yang masih utuh, belum tersentuh sedikitpun. Kutangkupkan kedua telapak tanganku menyelimuti cangkir, berharap menemukan sedikit kehangatan disana. Dari dulu, aku tak pernah menyukai kopi. Sampai aku bertemu denganmu, pria yang selalu mengagungkan kopi tinggi-tinggi, aku memaksakan diri untuk perlahan menyukai kopi.

Kau tahu. Kita semua tahu,  kopi memiliki rasa yang getir. Pahit. Membuat urat lidahmu tersentak dan enggan mengecapnya kembali.

Namun kau sangat menyukai kopi. Kau selalu menyesapnya perlahan, menghirup aromanya dalam-dalam, seolah kopi adalah parfum terbaik yang pernah diciptakan. Seolah kopi adalah penemuan yang paling berpengaruh dalam hidupnya.

Aku menyukai senyummu yang pelan-pelan mengembang setelah menikmati kopi. Aku menyukai kedua belah bibirmu yang selalu menjelaskan mahadasyat lezatnya kopi dengan semangat. Aku menyukai kedua matamu yang selalu menyiratkan jenaka hingga melengkung sempurna. Aku menyukaimu, seperti kau yang menyukai kopi.

Aku tak paham mengapa begitu banyak orang menyukai kopi. Aku tak mengerti sama sekali, sebab aku tak tahu bagaimana cara menikmati kopi. Aku benci dengan pahit yang terkandung dalam kopi. Aku benci kafein yang seringkali membuat perutku melilit ketika mencicipinya.

Begitu pula orang lain. Mereka tak paham dan tak mengerti, mengapa aku bisa mencintaimu sedalam ini. Sejatuh ini. Segila ini. Bayangan wajahmu telah merasuk ganas dalam sel-sel otakku, berjejalan dan aku tak bisa lagi berhenti memikirkanmu. Kamu, satu-satunya pribadi yang benar-benar membuatku memuja sejauh ini. Aku jatuh dalam candu kafeinmu. Kamu, dan sikap tenangmu. Kamu, dan kerutan kening yang sesekali muncul ketika membaca buku. Kamu, yang selalu tertawa lepas hingga kedua pundakmu bergetar. Kamu, dengan otak cerdasmu karena selalu menjadikan ensiklopedia bagian dari ‘sarapanmu.’ Kamu, dan kafeinmu.


Dari wanita yang (enggan) menyukai kopi. Penghuni detak jantung yang masih lama.

3 komentar: