Senin, 04 Januari 2016

De Javu

source image : www.flickr.com
Suara sirine kereta api berderu memenuhi setiap sudut stasiun. Sepasang manusia terlihat tengah berhadapan, saling tatap cukup lama. Kemudian, sang pria dengan terpaksa melepaskan genggaman tangannya dari sang wanita. Dapat kulihat dari gerak-gerik mulutnya, sang wanita berucap ‘Pergilah’ lalu diangguki sang pria. Sang pria melangkah menuju kereta dengan gontai. Hingga kereta berjalan, sang wanita tak berpindah sedikitpun. Ia menatap kosong kepergian kereta, yang kini hanya menyisakan rel mengkilat. Setelah berdiri cukup lama, sang wanita menangis tanpa suara. Air matanya meleleh dan menggenangi kedua belah pipinya. Ia mengusap pipi basahnya dengan selembar tisu. Ia tersenyum, tampak berusaha merelakan kepergian prianya. Jauh, terbentang berkilo-kilo jarak.
Aku tertegun. Rasanya seperti de javu. Lima tahun yang lalu. Mati-matian aku menahan tangis di depan priaku. Menyunggingkan senyum terbaik sebelum ia berjalan jauh. Ia mendekapku erat, dan berbisik pelan di telingaku ‘Aku akan cepat kembali.’ Waktu itu aku hanya bisa mengangguk pelan serta mengeratkan pelukan. Kemudian ia melangkah jauh dariku. Jauh, dan tak akan pernah kembali lagi. Hingga sekarang. Aku memejamkan mataku, berharap puing-puing kenangan itu meringsek pergi dari ingatanku.
Ketika aku membuka mata, yang kudapati memang priaku. Namun bukan priaku yang dulu. Ia melambaikan tangan kepadaku disertai cengiran lebarnya. Aku hanya tersenyum tipis. Aku belum bisa menemukan kebahagiaanku secara utuh, mengingat orang yang benar-benar kucintai telah meninggalkanku selamanya. Aku menatap kembali wanita tadi. Ia tengah meneguk sebotol air mineral. Dalam hati, aku merapalkan doa, semoga takdir menuntunnya pada pengakhiran yang bahagia.
  

4 komentar:

  1. Jad inget kalo sering banget ngalamin deja vu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, de javu sering bgt ngusik pikiran kita tiba-tiba hehe. Makasih ya udah mampir :)

      Hapus
  2. Good job cus. Lanjutkan nulis nulisnya. Sekalian yg banyak aja hehe :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihiii makasih mba Rimbi, kalo banyak inspirasi sih tak banyakin nulis mba :D

      Hapus